Selasa, 20 Mei 2014

ARTI SEBUAH KEBERSAMAAN



ARTI SEBUAH KEBERSAMAAN
“Terima kasih. Kalian sudah mau menjadi sahabatku dan mau menerima aku apa adanya,” kata Nina.
“Sama-sama Nin,” kata Raffa.
“Maaf, jika jika aku hanya bisa menyusahkan kalian,” tambah Nina.
“Tidak, Nina. Kamu tidak menyusahkan kami koq,” kata Dinda.
Nina, Raffa, dan Dinda sudah bersahabat sejak awal masuk SMP hingga sekarang. Mereka sudah kelas 9. Mereka selalu bersama dalam suka maupun duka. Mereka bertekad akan belajar dengan sungguh-sungguh agar dapat masuk SMA negeri 1.
Ujian nasional tinggal tiga minggu lagi. Nina, Raffa, dan Dinda semakin giat dalam belajar. Akan tetapi, Nina mulai jarang masuk sekolah akhir-akhir ini.
“Kenapa hari ini Nina tidak masuk sekolah, ya?” tanya Raffa.
“Ya, padahal. Sebentar lagi kita kan ujian,” jawab Dinda.
“Apa mungkin penyakitnya kambuh lagi?” tanya Raffa lagi.
“Entahlah aku gak tau. Mungkin saja,” jawab Dinda.
“Bagaimana jika nanti kita sepulang sekolah menjenguk Nina?” tanya Raffa.
“Ide yang bagus, Raff,” jawab Dinda.
Sesaat pulang dari sekolah Raffa dan Dinda langsung menuju rumah Nina, sesampainya di rumah Nina.
Dinda mengetuk pintu rumah Nina, “tok, tok, tok assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumsalam,” jawab Ibu Nina sambil membuka pintu dan menyambut mereka berdua.
“Siang Tante,” sapa Raffa.
“Siang,” balas Ibu Nina.
“Nina ada Tante?” tanya Dinda.
“Ada, tapi baru saja Nina tidur,” jawab Ibu Nina.
“Kalau begitu, kami tunggu sampai Nina bangun Tan,” kata Raffa.
“Baiklah. Silahkan masuk,” kata Ibu Nina.
“Ya Tante,” kata Raffa dan Dinda.
“Kebetulan ada yang ingin Tante bicarakan dengan kalian,” kata Ibu Nina.
Sambil menunggu Nina bangun dari tidurnya, Raffa, Dinda, dan Ibu Nina membicarakan keadaan Nina yang semakin hari semakin memburuk.
“Kenapa Nina tidak masuk, Tante?” tanya Dinda.
“Kata Dokter, penyakit Nina semakin parah dan...,” jawab Ibu Nina.
“Dan apa, Tante?” tanya Raffa ingin tahu.
“Kata Dokter, umur Nina tinggal dua bulan lagi,” jawab Ibu Nina.
“Dua bulan, Tante?” Raffa dan Dinda terkejut. “kalau begitu, kami akan melakukan yang terbaik pada sisa hidup Nina, Tante,” kata Dinda.
“Terima kasih. Kalian sudah mau menjadi teman dan mau menerima Nina apa adanya,” kata Ibu Nina terharu.
“Sama-sama. Tante,” kata Raffa dan Dinda.
Keesokan harinya, Nina masuk sekolah lagi meskipun belum sepenuhnya sehat. Di dalam kelas, Nina merenung memikirkan penyakit yang di deritanya. Nina berfikir bahwa dia hanya bisa menyusahkan orang lain saja. Orang lain selalu memandangnya sebelah mata karena penyakitnya. Saat Nina merenung, Raffa dan Dinda mendatanginya.
“Pagi-pagi koq sudah melamun!” kata Raffa.
“Ah, tidak koq!” jawab Nina.
“Apa yang kamu pikirkan, Nin?” tanya Dinda.
“Aku memikirkan penyakitku. Karena penyakit ini, aku selalu menyusahkan orang lain,” jawab Nina dengan sedih.
“Sudahlah. Kamu jangan memikirkan hal seperti itu. Yang harus kamu pikirkan itu ujian nasional nanti,” kata Raffa.
“Bukankah kamu ingin masuk SMA negeri 1?” kata Dinda.
“Ya, kalian benar,” jawab Nina.
“Kalau begitu, kamu harus berjuang!” kata Raffa sembari memberi semangat.
Ujian nasional sudah dimulai. Nina, Raffa, dan Dinda membulatkan tekatnya untuk berlomba-lomba mendapatkan nilai yang baik.
Tak terasa, ujian telah berlalu, mereka tinggal menunggu hasilnya. Akan tetapi, saat menunggu hasil ujian, hari demi hari kondisi Nina kembali memburuk dan di haruskan di rawat di rumah sakit. Nina di rawat selama dua minggu. Sebagai teman yang mempunyai solidaritas yang tinggi maka Raffa dan Dinda selalu menemani Nina saat dirumah sakit.
“Teman-teman, aku sudah tidak kuat lagi,” keluh Nina.
“Yang sabar, Nin,” kata Dinda.
“Kamu harus kuat. Bukanlah kamu ingin masuk SMA negeri 1?” tambah Raffa sambil menahan tangis.
“Jika ini hari terakhirku di dunia, maukah kalian berjanji padaku?” tanya Nina. “Meskipun aku sudah tidak ada di dunia ini, kalian harus tetap bersama,” kata Nina dengan menahan rasa sakitnya.
Raffa dan Dinda hanya mengangguk. Mereka tak kuasa menahan tangis. Mereka pun saling berpelukan.
Setelah beberapa hari berselang pada saat pembagian hasil ujian di mana saat yang paling di tunggu-tunggu.
“Kamu lulus, kan?” tanya Dinda pada Raffa.
“Ya, aku lulus,” jawab Raffa.
“Aku juga lulus,” kata Dinda.
“Aku dengar, Nina mendapat nilai terbaik,” kata Raffa.
“Benarkah? Sayang ya, Nina sudah meninggal dua hari yang lalu karena leukimia,” kata Dinda.
“Bukan berarti semua ini berakhir. Bukankah kita sudah berjanji meskipun Nina sudah tidak ada? Kita tetap harus bersama,” kata Raffa.
“Ya kamu benar Raff,” kata Dinda.
Meskipun salah satu sahabatnya sudah tidak ada di dunia, tetapi Raffa dan Dinda terus bersama karena permintaan terakhir dari Nina sahabatnya. Mungkin pacar bisa putus tapi kalau sahabat sampai kapan pun tidak akan pernah putus dan tergerus karena seiring berjalannya waktu.
Satu sahabat lebih baik dari pada seribu teman yang hanya Cuma mementingkan dirinya sendiri, maka dari itu sayangilah sahabatmu  buatlah mereka senang dan nyaman saat bersamamu karena mereka orang yang pertama ada disaat kita bahagia dan sedih.......selamat jalan sahabat semoga kamu bahagia di surga.


NAMA  :  AHMAD RIFA’I
NIM    :  01314007
KELAS  :  B (semester 2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar