ARTI
SEBUAH KEBERSAMAAN
“Terima
kasih. Kalian sudah mau menjadi sahabatku dan mau menerima aku apa adanya,”
kata Nina.
“Sama-sama
Nin,” kata Raffa.
“Maaf, jika
jika aku hanya bisa menyusahkan kalian,” tambah Nina.
“Tidak, Nina.
Kamu tidak menyusahkan kami koq,” kata Dinda.
Nina, Raffa, dan Dinda sudah bersahabat sejak awal masuk SMP
hingga sekarang. Mereka sudah kelas 9. Mereka selalu bersama dalam suka maupun
duka. Mereka bertekad akan belajar dengan sungguh-sungguh agar dapat masuk SMA
negeri 1.
Ujian nasional tinggal tiga minggu lagi. Nina, Raffa, dan
Dinda semakin giat dalam belajar. Akan tetapi, Nina mulai jarang masuk sekolah
akhir-akhir ini.
“Kenapa hari
ini Nina tidak masuk sekolah, ya?” tanya Raffa.
“Ya,
padahal. Sebentar lagi kita kan ujian,” jawab Dinda.
“Apa mungkin
penyakitnya kambuh lagi?” tanya Raffa lagi.
“Entahlah
aku gak tau. Mungkin saja,” jawab Dinda.
“Bagaimana
jika nanti kita sepulang sekolah menjenguk Nina?” tanya Raffa.
“Ide yang
bagus, Raff,” jawab Dinda.
Sesaat pulang dari sekolah Raffa dan Dinda langsung menuju
rumah Nina, sesampainya di rumah Nina.
Dinda mengetuk pintu rumah Nina, “tok, tok, tok assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumsalam,”
jawab Ibu Nina sambil membuka pintu dan menyambut mereka berdua.
“Siang Tante,”
sapa Raffa.
“Siang,” balas
Ibu Nina.
“Nina ada
Tante?” tanya Dinda.
“Ada, tapi
baru saja Nina tidur,” jawab Ibu Nina.
“Kalau begitu,
kami tunggu sampai Nina bangun Tan,” kata Raffa.
“Baiklah.
Silahkan masuk,” kata Ibu Nina.
“Ya Tante,”
kata Raffa dan Dinda.
“Kebetulan ada
yang ingin Tante bicarakan dengan kalian,” kata Ibu Nina.
Sambil menunggu Nina bangun dari tidurnya, Raffa, Dinda, dan
Ibu Nina membicarakan keadaan Nina yang semakin hari semakin memburuk.
“Kenapa Nina
tidak masuk, Tante?” tanya Dinda.
“Kata Dokter,
penyakit Nina semakin parah dan...,” jawab Ibu Nina.
“Dan apa, Tante?”
tanya Raffa ingin tahu.
“Kata Dokter,
umur Nina tinggal dua bulan lagi,” jawab Ibu Nina.
“Dua bulan,
Tante?” Raffa dan Dinda terkejut. “kalau begitu, kami akan melakukan yang
terbaik pada sisa hidup Nina, Tante,” kata Dinda.
“Terima kasih.
Kalian sudah mau menjadi teman dan mau menerima Nina apa adanya,” kata Ibu Nina
terharu.
“Sama-sama.
Tante,” kata Raffa dan Dinda.
Keesokan harinya, Nina masuk sekolah lagi meskipun belum
sepenuhnya sehat. Di dalam kelas, Nina merenung memikirkan penyakit yang di
deritanya. Nina berfikir bahwa dia hanya bisa menyusahkan orang lain saja.
Orang lain selalu memandangnya sebelah mata karena penyakitnya. Saat Nina
merenung, Raffa dan Dinda mendatanginya.
“Pagi-pagi
koq sudah melamun!” kata Raffa.
“Ah, tidak
koq!” jawab Nina.
“Apa yang
kamu pikirkan, Nin?” tanya Dinda.
“Aku
memikirkan penyakitku. Karena penyakit ini, aku selalu menyusahkan orang lain,”
jawab Nina dengan sedih.
“Sudahlah.
Kamu jangan memikirkan hal seperti itu. Yang harus kamu pikirkan itu ujian
nasional nanti,” kata Raffa.
“Bukankah
kamu ingin masuk SMA negeri 1?” kata Dinda.
“Ya, kalian
benar,” jawab Nina.
“Kalau
begitu, kamu harus berjuang!” kata Raffa sembari memberi semangat.
Ujian nasional sudah dimulai. Nina, Raffa, dan Dinda
membulatkan tekatnya untuk berlomba-lomba mendapatkan nilai yang baik.
Tak terasa, ujian telah berlalu, mereka tinggal menunggu
hasilnya. Akan tetapi, saat menunggu hasil ujian, hari demi hari kondisi Nina
kembali memburuk dan di haruskan di rawat di rumah sakit. Nina di rawat selama
dua minggu. Sebagai teman yang mempunyai solidaritas yang tinggi maka Raffa dan
Dinda selalu menemani Nina saat dirumah sakit.
“Teman-teman,
aku sudah tidak kuat lagi,” keluh Nina.
“Yang sabar,
Nin,” kata Dinda.
“Kamu harus
kuat. Bukanlah kamu ingin masuk SMA negeri 1?” tambah Raffa sambil menahan
tangis.
“Jika ini
hari terakhirku di dunia, maukah kalian berjanji padaku?” tanya Nina. “Meskipun
aku sudah tidak ada di dunia ini, kalian harus tetap bersama,” kata Nina dengan
menahan rasa sakitnya.
Raffa dan Dinda hanya mengangguk. Mereka tak kuasa menahan
tangis. Mereka pun saling berpelukan.
Setelah beberapa hari berselang pada saat pembagian hasil
ujian di mana saat yang paling di tunggu-tunggu.
“Kamu lulus,
kan?” tanya Dinda pada Raffa.
“Ya, aku
lulus,” jawab Raffa.
“Aku juga
lulus,” kata Dinda.
“Aku dengar,
Nina mendapat nilai terbaik,” kata Raffa.
“Benarkah?
Sayang ya, Nina sudah meninggal dua hari yang lalu karena leukimia,” kata Dinda.
“Bukan
berarti semua ini berakhir. Bukankah kita sudah berjanji meskipun Nina sudah
tidak ada? Kita tetap harus bersama,” kata Raffa.
“Ya kamu
benar Raff,” kata Dinda.
Meskipun salah satu sahabatnya sudah tidak ada di dunia,
tetapi Raffa dan Dinda terus bersama karena permintaan terakhir dari Nina
sahabatnya. Mungkin pacar bisa putus tapi kalau sahabat sampai kapan pun tidak
akan pernah putus dan tergerus karena seiring berjalannya waktu.
Satu sahabat lebih baik dari pada seribu teman yang hanya
Cuma mementingkan dirinya sendiri, maka dari itu sayangilah sahabatmu buatlah mereka senang dan nyaman saat
bersamamu karena mereka orang yang pertama ada disaat kita bahagia dan
sedih.......selamat jalan sahabat semoga kamu bahagia di surga.
NAMA :
AHMAD RIFA’I
NIM :
01314007
KELAS : B
(semester 2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar